Search

Ironi 'Kematian Hooq' Saat Manis Bisnis Streaming Kala Corona - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Layanan streaming video dari Singapura, Hooq dinyatakan gulung tikar dan tak lagi beroperasi 30 April mendatang. Hal ini merupakan buntut dari keputusan pemegang saham layanan serupa Netflix itu untuk melikuidasi perusahaan.

'Kematian' Hooq ini cukup ironis mengingat manisnya bisnis video streaming pada kuartal pertama (Q1) berdasarkan laporan dari Forrester. Bisnis layanan streaming melambung ketika miliaran warga dunia terpaksa berdiam di rumah selama masa karantina akibat pandemi Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2.

Forrester melaporkan Netflix pada kuartal pertama melampaui jumlah pelanggan baru global sebesar 80 persen.  Netflix dilaporkan mendulang 15,77 juta pelanggan baru di kuartal pertama 2020 berkat pandemi virus Covid-19 yang membuat semua orang beralih ke streaming dan mencetak rekor keuntungan perusahaan tersebut.


Kini, layanan streaming itu sendiri mengatakan telah memiliki 182,9 juta pelanggan secara global hingga akhir kuartal pertama. Capaian itu naik 22,8 persen dari awal tahun.

Netflix sebelumnya telah memberi tahu investor bahwa mereka berharap bisa menambah 7 juta pelanggan di akhir kuartal. Namun itu sebelum pandemi Covid-19. Untuk kuartal selanjutnya, Netflix menargetkan penambahan pelanggan sebesar 7,5 juta dari seluruh dunia.

Dilansir dari Smart Economy, saham Netflix juga melambung sejak awal pandemi Covid-19 karena orang-orang banyak melakukan aktivitas di rumah.

Dilansir dari Forbes, tak hanya Netflix, layanan video streaming serupa asal Amerika Serikat, Disney+, juga meraup keuntungan. Layanan streaming yang meluncur 12 November 2019, mencapai 50 juta pelanggan hanya dalam waktu sekitar 5 bulan. Padahal, Netflix membutuhkan waktu 7 tahun untuk mencapai jumlah pelanggan tersebut.

Layanan streaming film lain pun bermunculan di AS. Raksasa media AS, Fox, juga telah memulai layanan streaming Tubi setelah divestasi sahamnya di Hulu. Perusahaan dilaporkan menghabiskan US$440 juta untuk menutup celah dari Hulu yang dibeli oleh Disney.

Sementara NBCU, dalam waktu dekat akan meluncurkan layanan streaming, Peacock. NBCU bahkan membeli layanan streaming Vudu dari Walmart.

Nasib Streaming Asia Tenggara

Ilustrasi pengguna layanan streaming film NetflixLayanan video streaming di kawasan Asia Tenggara tak semanis nasib Netflix yang mendapat lonjakan pengguna selama pandemi Covid-19 (Dok. Netflix)

Ketika layanan streaming bersemi di AS, lain cerita dengan layanan streaming film di kawasan Asia Tenggara. Berita tak sedap datang dari Hoox dan Iflix. Hoox akan menghentikan layanan streaming, sementara Iflix merumahkan karyawan mereka.

Hooq yang didirikan pada 2015 adalah perusahaan patungan (joint venture) Sony Pictures, Warner Bros, dan Singtel dengan kehadiran di Filipina, Thailand, India, Indonesia, dan Singapura.

Kala itu, kehadiran pemain besar seperti Netflix hingga Iflix belum begitu terasa di pasar Asia. Hooq mengambil kesempatan itu dengan meluncur cepat Filipina, Thailand, India, Indonesia dan Singapura sepanjang tahun 2015 hingga 2016.

Perusahaan asal Singapura, Singtel memiliki saham mayoritas sebesar 65 persen. Sony Pictures dan Warner Bros masing-masing memiliki 17,5 persen. Sebagai tempat streaming online, HOOQ dapat mengambil kesempatan pada sistem distribusi dan jangkauan Singtel untuk mengirimkan film-film Hollywood, tv-series, dan juga program lokal lain ke pasar Asia.

Padahal, Hooq sebelumnya menggandeng sejumlah operator seluler seperti Indosat, Smartfren hingga Telkom. Tak hanya itu, Hooq pada juga bekerja sama dengan perusahaan Grab untuk melakukan integrasi layanan Hooq ke dalam aplikasi Grab.

Nasib nahas tak hanya diterima Hooq di kala bisnis layanan streaming sedang berjaya. Iflix juga telah menunjukkan gejolak krisis dalam perusahaan.

Iflix yang berpusat di Malaysia telah merumahkan 65 karyawannya akibat krisis wabah virus corona Covid-19 dan jatuh tempo pembayaran utang.

Diberitakan Variety, puluhan karyawan yang dirumahkan tersebut tersebar di berbagai lokasi. Hal itu dikonfirmasi oleh CEO Iflix, Marc Barnett dalam pernyataannya.

"Industri ini tidak kebal terhadap keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keputusan kami untuk mengurangi jumlah karyawan datang setelah pertimbangan yang cermat dan berkaitan dengan langkah penghematan, untuk memungkinkan perusahaan tetap bertahan di situasi yang tak pasti dan tak menentu ini," kata Barnett.

Pengumuman ini datang kurang dari dua pekan setelah SingTel mengumumkan mengajukan likuidasi atas layanan streaming Hooq, yang dimiliki bersama WarnerMedia dan Sony.

Hooq diketahui menjadi pesaing Iflix sebagai sesama layanan streaming asal Asia Tenggara. Hooq tersedia di lima wilayah, Singapura, Filipina, Indonesia, Thailand, dan Indonesia. Sementara Iflix memiliki cakupan lebih luas dengan 13 wilayah, yaitu Asia Tenggara (termasuk Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand), serta Timur Tengah. (jnp/eks)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



"manis" - Google Berita
April 28, 2020 at 10:53AM
https://ift.tt/2SemIq0

Ironi 'Kematian Hooq' Saat Manis Bisnis Streaming Kala Corona - CNN Indonesia

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ironi 'Kematian Hooq' Saat Manis Bisnis Streaming Kala Corona - CNN Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.